Minggu, 10 November 2013

Roostien Ilyas, Wanita Pejuang dan Penyejuk Hati

Jakarta - SI.  Sekarang ini Indonesia mungkin tidak asing lagi dengan sosok wanita yang satu ini, cantik, cerdas, ramah, keibuan, penyayang, semua yang baik ada padanya, wanita yang di sapa dengan Bunda Roos ini adalah salah satu pekerja dan pemerhati sosial, terutama masalah anak – anak di Indonesia.

Sudah kurang lebih 23 Tahun, Bunda Roos menggeluti kegiatan sosial yang spesifik menangani masalah anak – anak,  tepatnya sejak tahun 1990. Menurut Bunda Roos, Undang – undang Perlindungan Anak usia 0 hingga 18 tahun kiranya dapat mengingatkan kita semua tentang perlunya menjaga perkembangan mental anak – anak dari apa yang mereka lihat, baca dan dengar di lingkungan mereka, sifat anak - anak itu imitatif atau meniru. Siapa yang mereka tiru?

Akhir – akhir ini semua media, baik TV, radio, maupun media cetak rata – rata 80% memberitakan hal – hal negatif tentang negara ini, di bidang apapun. Berita perselingkuhan pejabat, korupsi para pejabat, perkosaan, pembunuhan, pertai – partai yang korupsi, dan lain sebagainya. Di TV, koruptur meskipun memakai rompi jingga KPK malah melambaikan tangan dengan tawa lebar seolah – olah berada di tengah penggemarnya. Petinggi – petinggi  negara yang selingkuh dan korup senyum – senyum genit meski duduk di kursi pengadilan, Bunda Putri yang menghebohkan, koruptorwati yang tiba – tiba mendadak sontak berjilbab rapat dan bergelang tasbih seolah – olah perempuan suci yang teranianya, dan semua ini di expose berhari – hari pada hampir semua media. Tanpa kita sadari, berita – berita itulah yang di terjemahkan bebas oleh anak – anak kita seusia mereka, sesuka – suka mereka, jadi janganlah kita 100% marah kepada mereka karena kita juga sering tidak mendampingi mereka. Anak – anak kita adalah masa depan bangsa kenakalan anak – anak kita adalah cermin kesalahan kita, kesalahan negara yang juga penuh dengan contoh – contoh kotor. Bunda Roos mengatakan bahwa Indonesia sudah lebih baik menangani masalah anak-anak tersebut. Tidak adanya konspirasi inter korelasi, inter dependensi departemental sehingga kadang tumpah tindih dan sporadis, karena teryata otonomi daerah tidak serta merta siap untuk menangani masalah sosial apalagi masalah anak – anak. Masih banyak hak anak yang tidak terpenuhi, hal itu bisa di lihat dari masih banyaknya kasus kekerasan yang terjadi terhadap anak sampai saat ini, hak untuk tumbuh kembang, masih banyak anak – anak yang  di kota, daerah, dan pelosok – pelosok masih kekurangan gizi, hak anak tidak didiskriminasi karena masih banyak anak – anak yang tidak mendapatkan pendidikan yang baik dan berkualitas. Pemerintah juga tidak pernah serius untuk menyediakan tempat berkreativitas bagi anak,  contohnya anak harus membeli mainan dulu baru bisa bermain, sehingga bagi anak – anak untuk berpartisipasi belum terpenuhi.

Sungguh ironis memang tapi semua ini tidak terlepas dari peran kita sebagai Warga Negara Indonesia untuk sama – sama memperjuangkan hak – hak anak yang terabaikan. Selanjutnya Bunda Roos mengatakan bahwa ia masih belum puas dengan apa yang sudah ia lakukan dan perjuangannya bagi anak – anak Indonesia. Bunda Roos merasa puas jika anak – anak yang di sebut anak jalanan (Pekerja Anak) yang lulus dengan paket A,B, dan C, bisa mandiri dan menjadi tuan atas dirinya sendiri, dan setelah lulus dari kursus – kursus yang mereka pilih agar mampu menciptakan lapangan pekerjaan dan bukan untuk mencari lapangan pekerjaan.

Harapan yang tulus dari Bunda Roos semoga menjadi bahan inspirasi dan mendorong tiap – tiap orang tua untuk lebih memperhatikan hak – hak anaknya dan tidak mengabaikan kewajiban sebagai orang tua dengan memberikan doa, perhatian dan kasih sayang bagi anak – anak mereka, karena pada hakekatnya kehadiran seorang anak di muka bumi ini bukan pilihan atau permintaan seorang anak yang akan lahir. Jadi ada baiknya kita tidak menyia – nyiakan keberadaan anak – anak bangsa yang juga nantinya akan menjadi penerus bagsa. Semoga apa yang dilakukan Bunda Roos, dapat menjadi teladan dan memotivasi kita semua untuk lebih peduli dan memperhatikan sesama yang kurang mampu dan membutuhkan uluran tangan kita untuk sama – sama bangkit dan berjuang untuk kemajuan bangsa Indonesia. (VINDAH)

sumber: suryainside.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar